“Saya ingin…”


love-falling

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Saya masih terjaga dengan tumpukan tugas sekolah yang masih belum terlihat ujung penghabisannya. Tiba-tiba saja, handphone saya bergetar, sebuah pesan baru masuk. Dengan gaya sedikit malas, saya membuka pesan masuk. Dalam pikiran saya, “Ah, mungkin hanya sapaan dari operator seluluer!”. Tapi, ternyata bukan. Nama Sahabat saya terpampang di layar.

Nampaknya, sahabatmu ini membutuhkan seorang pacar!” Demikianlah bunyi pesan yang baru saja masuk tersebut. Tidak percaya, saya mencoba untuk membacanya dua tiga kali. Masih tidak percaya, saya membacanya dengan posisi yang berbeda. Dalam hati saya berujar, “Ah, tidak mungkin..”. Sahabat saya ini, setahu saya sangat kuat dengan pendiriannya. Jomblo selama masa sekolah!.Bahkan, baru-baru ini Ia menolak perasaan seseorang hanya karena pendiriannya ini. Saya benar-benar tidak percaya Ia akan mengirimi saya pesan ini.

Saya lalu membalas, “Serius, nih ?” Tanya saya. Tidak lama balasan datang. Nampaknya, saya harus mengistirahatkan jari-jari tangan saya didepan Laptop dan menggantinya dengan mengetik di layar Smartphone saya.

Serius ! Entah kenapa saya merasa, saya benar-benar membutuhkan seseorang untuk dicintai! “. Baiklah, pikir saya. Ini adalah saatnya untuk curhat-curhat.

Kok bisa?” tanya saya.

Usia kita sudah tidak muda lagi…” Jawabnya, lalu disusul dengan jawaban selanjutnya.

Hidup ini terasa sepi!

Dalam hati saya, kemungkinan besar Sahabat saya ini terkena akibat dari perbuatannya tidak lama ini.

Masih kepikiran acara penolakan beberapa waktu yang lalu ?” Tanya saya. Tapi, ketika pesan ini terkirim, saya sedikit menyesalkannya. Apa hubungannya, batin saya.

Mungkin ” Jawabnya singkat.

Lalu ?” Tanya saya.

Ah, sudahlah…nampaknya saya terlalu banyak mengonsumsi cerita-cerita romantis, sehingga saya jadi begini!” Balasnya. Setelah menerima balasan ini, saya menjadi tidak nyaman. Saya seakan menolak dirinya untuk bercerita.

Rindu untuk Jatuh cinta?” Balas saya.

Rindu?, mungkin lebih tepatnya ‘ingin’. Saya mungkin sudah teracuni oleh kisah-kisah romansa picisan yang konyol. Tapi, Saya manusia dan saya membutuhkan hubungan yang dalam dengan orang lain. Saya ingin mengatakan pada orang lain, bahwa Ia adalah milik saya dan saya juga ingin diperlakukan demikian oleh orang lain. Saya ingin diperlakukan spesial oleh orang lain dan saya juga ingin melakukannya pada orang lain.

Wow, ketika membacanya, saya tidak jemu-jemu membelalakkan mata saya. Saya hampir tidak percaya, sosok sahabat saya yang terkenal dengan ke-logisannya ini mampu menggunakan otaknya untuk memikirkan hal yang demikian. Dalam hati saya berkata, “Ah, ia memang manusia dan Ia berperilaku manusiawi!”. Belum sempat saya membalas pesannya, pesan lain masuk.

Saya ingin dicintai ” katanya.

Ketika membacanya, saya menjadi sedih. Sahabat saya ini termakan kata-katanya sendiri. Ia yang baru kemarin menolak cinta, malam ini membutuhkannya. Ia pun tidak luput dari perasaan seperti ini. Cinta, ah..sudah terlalu banyak orang membicarakannya. Mungkin, ini dalah topik yang tidak akan pernah tamat dan setiap insan dimuka bumi ini pasti setidaknya sekali membicarakannya dalam hidupnya. Entah dalam situasi seperti apapun.

Percakapan kami kemudian berlanjut terus hingga pukul 4 pagi, dini hari. Tidak lelah rasanya tangan ini mengetikkan balasan pesan untuk sahabat saya yang sedang dirundung kegalauan. Diskusi kami tutup dengan ucapan selamat pagi dan sampai bertemu di kampus esoknya. Ah, tidak terasa, saya hanya memiliki waktu 4 jam sebelum kelas dimulai.

Seperti halnya sahabat saya, perasaan cinta bisa datang dari dalam diri atau dari luar. Dari dalam diri, seperti adanya kebutuhan. Perasaan kosong didalam jiwa yang segera ingin di penuhi oleh sesuatu, cinta. Dari luar diri, pengaruh dari lingkungan, media dan hubungan sosial. Banyak soal. Tapi, terlepas dari itu semua, cinta adalah perasaan universal yang pasti dirasakan oleh setiap insan.Saya rasa, tidak ada salahnya jatuh cinta. Tidak ada salahnya menyakiti diri sendiri dan jatuh pada cinta. Wajar! Karena setiap manusia merasakannya. Wajar! karena ini manusiawi. Bahkan pada mereka yang menolaknya sekalipun.

Dalam hati, saya berdoa, semoga sahabat saya ini mendapatkan segera tambatan hatinya. Amin.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s