Doa untuk RVM.


Berpose di depan Gereja yang terletak di Pusat Belajar Suster-suster RVM di Quezon City, The Philippines.

Saya tinggal dan belajar cukup lama di biara para suster-suster Religious Virgin Mary (RVM). Kongregasi suster-suster yang dibangun pada tahun 1684 oleh Venerable Mother Ignacia del Espiritu Santo Luco, RVM ini mengajarkan devosi yang mendalam kepada Bunda Maria. Pelayanan mereka, selain dalam bidang pendidikan kepada masyarakat awam, juga pelayanan asrama dan kesehatan (seperti rumah sakit dan panti jompo). Suster-suster RVM juga adalah suster-suster yang pandai menyanyi dan memainkan alat musik. Saya sendiri, sangat terkesan dengan cara mereka untuk menggerakkan anak-anak muda, untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja dan kemasyarakatan, dimulai dari pendidikan di asrama puteri.

Dulu, saya sangat senang ikut serta dalam pelayanan di kapel Biara. Saya belajar untuk menjadi seorang lektor dan bahkan pemazmur dalam bahasa Inggris dari komunitas suster-suster ini. Meskipun kemampuan saya masih sangat jauh dari kata “layak”, tapi mereka memberi saya wadah untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Saya masih ingat, ketika pagi-pagi saya harus ke ruang makan, dan melatih diri bersama suster pemain alat musik. Saya belajar untuk mendalami makna sabda Tuhan dan bahkan ayat-ayat yang saya nyanyikan.

Saya bahkan pernah diajak berkeliling ke rumah provinsial mereka di Quezon City, dan mengintip proses perawatan para suster-suster lansia yang dilakukan di sana. Saya belajar sedikit tentang ilmu perawatan gerontik di sana. Lebih lanjut, saya pun mengabadikan moment ini di depan gereja mereka.

Hari ini, saya mendapatkan kabar bahwa 8 orang dari 62 orang suster RVM di Filipina yang terdeteksi Covid-19, meninggal dunia. Sedih sekali rasanya mendengarkan kabar ini. Terutama setelah membaca di surat kabar bahwa faktor “keterlambatan” pencegahan dan penanganan, menjadi alasan utama mengapa kejadian seperti ini, terjadi.

Kalau dibandingkan dengan Indonesia, FIlipina adalah negera yang sangat ketat membatasi aktivitas masyarakatnya. Ingat kegiatan “lockdown” pada masa-masa awal pandemi? Filipina adalah negera yang langsung menerapkan kebijakan ini diberbagai provinsinya, sedangkan Indonesia saat itu masih pikir-pikir. Kebijakan ini masih terus dipertahankan sampai saat ini, bahkan dengan melibatkan kekuatan militer. Lebih lanjut, ketika Indonesia memvaksinasi warganya dengan cepat. Filipina kalah di sisi ini. Kegiatan vaksinasi masih berjalan lambat, belum merata.

Melihat masalah ini, saya hanya bisa mengirimkan doa. Semoga para suster kuat dan tabah menjalani masa-masa pencobaan ini. Semoga kegiatan vaksinasi semakin dipercepat dan semakin merata. Amin.

Sincerely, Ayu.

2 pemikiran pada “Doa untuk RVM.

Tinggalkan komentar