Prapaskah dan paskah tahun ini sungguh menguras emosi dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Memang, setiap tahun selalu memberikan saya pelajaran yang berbeda, dan seperti tahun sebelumnya, tahun ini meskipun tidak banyak berharap akan mendapatkan pelajaran iman yang bagaimana begitu, tapi Tuhan selalu memiliki caraNya sendiri.
Tulisan ini, sama seperti tulisan-tulisan receh saya sebelumnya. Berisi lebih banyak curahan hati, yang sungguh jauh dari kata “ilmiah.” Bear with me, dear readers!
…

Melepaskan
Saya tidak menjalani puasa dan pantang seperti yang seharusnya diwajibkan oleh Gereja. Saya mengerti bahwa yang diharapkan dari puasa-pantang adalah kemampuan untuk melawan setiap godaan yang datang dalam berbagai bentuk dan rupa. Sebelum menerima tantangan ini, saya sudah jauh-jauh hari menyatakan bahwa saya menyerah, dan saya gagal!
Godaan terbesar saya adalah kopi, dan kopi adalah hidup saya. Ketika saya diminta untuk menyerahkan itu, saya langsung berbalik badan dan menjauh. Sama seperti ketika Sang Guru meminta seorang muda menyerahkan seluruh yang Ia miliki, menjual dan menyerahkannya kepada orang miskin. Saya melakukan tawar-menawar dan meminta, “Yang lain saja, Tuhan…Jangan ini.”
Saya merasa, dari semua kesenangan dan kenikmatan hidup di dunia ini. Kopi adalah satu-satunya hal sederhana, yang sungguh saya tidak ingin orang lain ambil dari hidup saya.
Silakan ambil paket internet, waktu istirahat saya dan sebagainya. Tapi, tidak dengan kopi. Saya sudah mengikatkan diri terlalu jauh dengan kopi, dan saya tidak dapat melepaskannya begitu saja.
Meskipun demikian, jauh dalam diri saya, saya dapat mengatakan bahwa “Ya, saya bisa saja menyerahkan kopi dan menggantinya dengan yang lain. Tapi, saya tidak bisa menjamin bahwa saya akan kembali padanya dalam waktu yang sangat dekat”
Saya belajar bahwa, “melepaskan kepemilikian” atau apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang kita miliki adalah sesuatu yang sungguh dah sangat berat dilakukan. Saya masih belajar dan akan terus belajar. Saya menyadari dengan sungguh bahwa, saya datang ke dunia ini dengan tidak membawa apa-apa, dan saya pun akan kembali dengan tidak membawa apa-apa. Jadi, untuk apa segala yang melekat pada diri saya ini? Tidak ada apa-apanya.
…

Tubuh ini sungguh hanya seonggok daging saja
Sudah lama ketika saya menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dan tidak pada tempatnya, pada area payudara saya. Lama menahan diri, saya kemudian memutuskan untuk memeriksakannya ke dokter.
Dalam proses pemeriksaan, yang berlangsung hanya tiga hari ini, saya menyadari banyak hal. Salah satunya adalah bahwa tubuh ini, sungguh fana. Tubuh ini, sungguh hanya seonggok daging saja. Kalau pun harus rusak, hilang dan sebagainya, tidak akan memberi arti dan makna apa-apa. Tergantung, apakah si empunya dapat memberikan arti bagaimana begitu.
Saya bahkan mempertanyakan tentang eksistensi saya sebagai manusia karena hal seperti ini. Tubuh saya ini, adalah adalah wadah, untuk sesuatu yang sangat penting, dan itu adalah jiwa atau roh.
Tubuh ini, membawa saya pada permenungan yang sangat dalam. Efek sampingnya adalah rasa syukur, karena saya masih diberikan kesempatan untuk menjaga dan memelihara tubuh ini dalam keadaan sehat. Saya masih dalam keadaan baik-baik saja.
Hal yang tergolong sakit dari saya, kemungkinan besar adalah pikiran saja saja. Saya harus benar-benar belajar untuk mengatur hidup saya, agar pikiran saya pun masih berada di jalannya yang lurus-lurus saja. Menyimpang sedikit, harus segera dikembalikan ke jalannya.
…

Mengenal Cinta (yang Lain)
Saya membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang Pastor, yang pada saat ini menjabat sebagai Pastor Paroki untuk Katedral keluarga kudus Banjarmasin, Pastor Ignasius Tari, MSF. Buku yang beliau tulis berjudul “Cinta dan Kesehatan Jiwa”, terbitan PT Kanisius, yang sangat dapat dibaca melalui Play Books.
Selama Trihari suci, saya menghabiskan waktu menghabiskan waktu menunggu misa dengan membaca selembar demi selembar dari buku ini.
Salah satu kesimpulan yang saya dapatkan adalah bahwa cinta itu ada di mana-mana, dan bentuknya bermacam-macam. Kita memerlukan kepekaan untuk dapat melihat dan merasakan hadiratnya. Lalu, sulit untuk seseorang dapat mencintai seseorang, jika Ia belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta.
Buku ini, saya akui sebagai buku yang paling lengkap membicarakan mengenai cinta. Meskipun saya banyak mengalami konflik karena tidak sepenuhnya sependapat dengan tuduhan “sakit mental” karena jatuh cinta yang tidak senormalnya. Memangnya jatuh cinta yang tergolong normal itu seperti apa?
Sambil mencerna isi buku ini, saya pun menghabiskan waktu istirahat saya dengan menikmati drama serial BL yang diproduksi oleh rumah produksi GMMTV Thailand, berjudul “Bad Buddy.” Drama ini dapat dinikmati secara bebas di channel Youtube GMMTV.
Saya merasa, akhir-akhir ini, salah satu guilty pleasure saya adalah menonton drama-drama bertemakan BL dan diproduksi oleh negeri Thailand. Saya masih belum terbiasa untuk menonton drama dengan tema yang sama dari negara lain. Setidaknya, untuk drama berjenis seperti ini, Thailand masih menang dan menjadi juara.
Berkat drama ini, saya pun kembali mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang nampaknya sangat buang-buang waktu. Tapi sungguh, dibandingkan dengan drama BL dengan judul “2Gether,” saya lebih memuji kemampuan acting para pemain di drama “Bad Buddy.” Sangat-sangat natural!
Korapat Kirdpan (Pran) dan Pawat Chittsawagdee (Pat) memainkan peran mereka dengan sangat-sangat baik! Ini mungkin bukan yang pertama kalinya saya memuji kemampuan aktor-aktris, tapi sungguh kemampuan acting keduanya sungguh mengesankan! Mengesankan karena sangat natural, dan pastinya meninggalkan kesan. Sayang sekali memang, berdasarkan pencarian saya di Wikipedia, keduanya tidak memenangkan penghargaan karena drama yang mereka mainkan ini (keduanya hanya berstatus nominated).
Hal yang menjadi bahan pemikiran saya adalah, pasar untuk drama dengan genre seperti drama “2Gether” dan “Bad Buddy” serta banyak lainnya, sungguh-sungguh luas! Banyak sekali orang-orang Indonesia yang nangkring dan memberikan komentar di sosial media aktor-aktor ini, dan bahkan video-video clip di Channel Youtube rumah produksinya.
Yeap, lambat laun, hal-hal seperti ini akan menjadi normal dan biasa-biasa saja. Atau malah sebaliknya, mendapatkan pertentangan dari masyarakat atau di “banned.”
Let’s see!
…

Perubahan
Perayaan prapaskah dan paskah, adalah perayaan untuk dan sangat identik dengan perubahan atau lebih tepatnya adalah transformasi.
Saya mempertanyakan transformasi yang terjadi pada saya tahun ini.
Banyak hal yang sudah saya lewati, tapi saya masih saja bertanya dan mempertanyakan tentang “Apakah transformasi yang terjadi pada saya ?”
Saya merasa, tidak ada yang berubah. Semuanya sama saja.
Namun, saya melihat kalau akhir-akhir ini, saya semakin berani untuk menyampaikan pendapat atau apapun yang saya yakini ke depan publik. Sudah sejak dulu memang, tapi semakin hari, keberanian ini semakin nampak dan tidak tertahankan. Apakah ini efek dari bertahun-tahun menahan diri? Apakah ini adalah sifat asli saya? Humm, sesuai dengan saran yang saya dapatkan, kalaupun dan jika saya tidak mampu menahan diri, setidaknya apapun yang saya lemparkan ke luar dari mulut ini, harus memiliki fondasi dan alasan yang kuat. Setidaknya, apa yang saya utarakan, tidak berbalik kepada saya dengan sifatnya yang “merusak.” Saya masih cemen juga ternyata!
Sampai pada titik ini, saya sungguh masih mempertanyakan transformasi yang dibawa oleh peristiwa prapaskah dan bahkan paskah. Saya menantang diri saya sendiri untuk melihat dan menunjukkan transformasi seperti apa yang terjadi pada diri saya sendiri.
…
Well, saya rasa cukup sampai di sini saja ocehan yang sungguh receh ini. Saya harap, para pembaca sekalian dapat memaklumi. Or, mungkin memiliki pendapat atau komentar bagaimana begitu?
Good luck!
Selamat Merayakan Pesta Paskah Kak. Semoga selalu bertumbuh di dalam perubahan-perubahan, baik yang besar maupun kecil.
Salam.
SukaDisukai oleh 1 orang
Selamat merayakan Pesta Paskah juga, Kak. Amin! Semoga kita selalu bertumbuh, setiap harinya, dalam perubahan-perubahan kecil dan bahkan besar dalam hidup yang sungguh fana ini.
Tuhan menyertai.
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam.
SukaDisukai oleh 1 orang