“Jangan lupa bahagia” : Kalimat pasaran dengan kemampuan luar biasa!


“Jangan lupa bahagia..!”. Kalimat ini begitu sangat familiar di telinga kita masing-masing. Ya, kalimat ini cukup populer di kalangan anak-anak muda dan orang tua, termasuk di lingkungan pergaulan saya pada saat ini.

Kalimat ini memang sengaja ditujukan kepada mereka yang kadang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, sampai lupa dengan dirinya sendiri. Kalimat ini bahkan sangat tepat diberikan kepada sosok yang karena terlalu focus bekerja, tenggelam dalam stress-nya pekerjaan lalu lupa untuk menikmati hari bebas dan berbahagia.

Ada lo! Ada orang demikian.

Akhir-akhir ini, entah mengapa kalimat “Jangan Lupa Bahagia” menggema kuat dalam kepala saya. Kalimat ini seakan ingin mengingatkan diri saya sendiri bahwa saya jangan terlalu sibuk dengan apapun yang pada saat ini sedang saya kerjakan. Saya tidak boleh sampai lupa dengan diri saya sendiri. Saya tidak ingin tenggelam bersamaan dengan aktivitas dan pekerjaan yang pada saat ini berusaha saya selesaikan. Jika saya sampai tenggelam dalam pekerjaan ini, saya sangat takut akan kehilangan diri saya sendiri. Diri saya hilang ditimbun oleh banyaknya pekerjaan dan kesibukan. Tragis.

Kalimat ini menggema terus dalam kelapa saya mungkin karena beberapa kejadian yang terjadi pada diri saya dalam dua ini. Kejadian yang menimpa saya, bisa saya simpulkan dengan dua kalimat ini. Pertama,  “Saya terlalu peduli dengan orang lain sampai lupa bahwa saya harus peduli pada diri sendiri”. Kedua, “Jangan menggantungkan harapan pada manusia, karena Manusia hanyalah hembusan nafas belaka”.

Kok Bisa? Lalu, apa hubungannya dengan kalimat “Jangan lupa bahagia “.

Pokoknya ada hubungannya! Maksa banget ini!

Dalam dun minggu ini, saya memaksa diri saya untuk tidak lari dari kenyataan, dari rasa sakit dan dari rasa kecewa. Saya memberanikan diri saya untuk menghadapi semua emosi negative yang sebelumnya selalu saya usahakan untuk hindari, entah dengan berlari atau dengan membuat diri saya tidak sadar menerimanya. Dalam dua minggu ini, saya menerima semua hal-hal yang sebelumnya sangat saya hindari. Saya membuka diri 100% untuk menerima semua rasa sakit, kecewa, marah, benci dan sebagainya. Saya pun membuka diri saya untuk merasakan semua gejolak emosi yang muncul akibat kenekatan saya untuk menerima semua jenis emosi negative ini.

Tapi, saya lupa. Saya sungguh lupa untuk berbahagia karena saya terlalu bersenang-senang dengan semua emosi negative seperti ini. Saya melihat diri saya tenggelam dalam keadaan menyedihkan ketika membawa semua emosi ini bersama saya. Saya melihat betapa pekatnya aura diri saya ketika saya menerima semua hal ini dalam suatu waktu.

Faktanya, saya terima semuanya sampai titik ini, titik ketika saya sadar bahwa saya hampir kehilangan diri saya sendiri. Saya lupa untuk berbahagia.

Kalimat “Jangan lupa Bahagia” berjasa untuk menyadarkan saya dari tidur panjang saya sendiri. menyadarkan saya dari betapa terlenanya saya pada saat ini.

Apakah saya menyesalkan keputusan saya untuk menerima semua rasa sakit yang menyerang saya ?. Tidak!

Pada titik ini saya malah bersyukur. Saya berterima kasih pada keberanian atau lebih tepatnya kenekatan untuk menerima semua emosi tidak nyaman ini. Saya setidaknya menjalankan proses berduka pada saat yang seharusnya. Menahannya sampai ‘nanti’ sungguh tidak bijak, karena ketika menumpuk hanya akan menjadi sampah yang menunggu kapan akan meledak. Kejadian ini sungguh sangat saya hindari di masa depan.

Lalu, saya bersyukur atas kenekatan saya untuk menerima tantangan seperti yang sudah saya jelaskan. Hal penting yang saya terima adalah ‘pelajaran’ dan aktivitas belajar. Saya merenungkan banyak hal, mendapatkan insight untuk banyak hal dan yang terpenting adalah, saya menjadi pribadi yang setingkat lebih baik dari saya yang sebelumnya. Saya menyadari hal ini dari tulisan yang saya buat pada saat ini dan juga pada buku harian saya yang lalu.

Ah, saya rasa tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa pada saat ini saya sungguh bangga dengan diri saya sendiri.

Pada saat ini, kesadaran saya dalam keadaan baik. Saya sedang menikmati masa-masa istirahat, pemulihan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan lainnya yang sudah ada di depan mata. Saya tidak lari! Saya siap menghadapi masalah seperti ini sampai akhir dan saya tidak takut. Saya merasa saya akan puas jika saya mau memberanikan diri menghadapi tantangan yang ada di depan saya.

Bagaimana denganmu ? tantangan apa yang berhasil kau lewati minggu ini ?. Pelajaran apa yang bisa teman-teman sekalian bagikan ?

Catatan di balik layar:

Minggu sebelumnya, saya mengalami masa-masa terberat jika diukur dari permulaan awal tahun lalu. Saya tahu ini mungkin berlebihan, tapi itulah yang saya rasakan. Pada masa-masa terberat tersebut, saya menyadari bahwa saya menemukan diri saya yang lain. Saya ternyata orang yang ‘sulit’ untuk meminta bantuan dari orang lain. Alasan aksi saya ini adalah karena saya tidak ingin merepotkan orang lain.

Saya bertahan dengan prinsip ini dan memutuskan untuk menghadapi tantangan yang ada di hadapan saya, seorang diri. Saya mengalami efek dari pilihan saya ini, seorang diri. Berat memang!. Bayangkan saja beban yang seharusnya ditanggung oleh 6 orang atau lebih, harus ditanggung oleh satu orang saja. Saya terpukul dengan sangat keras, jauh dan dalam. Tapi, saya memutuskan untuk menerima pukulan ini. Saya bahkan mengambil liburan selama hampir 7 hari untuk bisa bersenang-senang dengan efek rasa sakit yang saya rasakan. Tanpa saya sadari, saya malah menikmati penderitaan dan rasa sakit yang saya rasakan. Aneh memang! Sampai saya menyadari bahwa saya terlalu lama terlena dengan buaian rasa sakit dan tidak nyaman ini.

Untung ada waktu yang terus mengingat saya akan apa yang seharusnya saya lakukan. Saya tersadar, bangun dan bangkit untuk menerima bahagia. Saya sudah cukup merasakan penderitaan. Ini adalah saatnya bagi saya untuk bersemangat kembali dan bersenang-senang dalam terang kebahagiaan.

Dalam kurun waktu hampir 7 hari ini saya merenungkan banyak hal, dan saya belajar banyak hal. Saya juga menulis, karena menulis adalah satu-satunya aktivitas yang bisa tetap menyadarkan saya bahwa saya hidup dan bernafas pada saat ini. Tidak ada yang sia-sia, saya menikmati waktu saya.

Apakah ada yang pernah mengalami keadaan seperti ini ?. Anyone can relate?

Mengenai ‘meminta bantuan orang lain’. Pada akhirnya saya meminta bantuan orang lain juga. Tidak dalam bentuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di hadapan saya, tapi lebih pada emotional dan mental support. Saya bersyukur sangat karena pada saat itu saya memiliki teman-teman yang sangat pengertian. Mereka memahami keegoisan saya. Mereka dengan sabar menunggu saya membuka diri dan menceritakan apa yang saya alami. Saya memang menceritakan apa yang saya alami, keputusan yang saya buat dan beban yang harus saya tanggung. Serta pelajaran yang saya ambil dari kenekatan tolol yang saya lakukan.

Tapi, mereka tidak protes. Mereka mengerti dan pengertian mereka inilah yang saya butuhkan. Saya bersyukur karena memiliki lingkaran pertemanan yang luar biasa seperti mereka.

Tulisan ini saya buat sebagai pengingat, bahwa hidup ini sungguh sanggat menarik! Kisah saya ini salah satunya.

20 pemikiran pada ““Jangan lupa bahagia” : Kalimat pasaran dengan kemampuan luar biasa!

  1. Hi, Kak.

    Betul sekali. Tulisan ini juga secara sengaja saya buat sebagai ‘pengingat’ bagi diri sendiri. Syukurlah kalau Kakak juga merasakan dan mengalami hal yang kurang lebih sama seperti yang saya alami saat ini, lalu bisa sedikit banyak terbantu dengan apa yang saya tulis di sini.

    Semoga bermanfaat ya, Kak.

    Suka

  2. Wahh akhirnya bs baca tulisan kakak lg 😊 hmm mengenai ‘susah utk meminta bantuan orang lain’, saya sbnrnya jg orang yg sprti itu. Alasannya krg lbh sama. Saya gk mau nyusahin orang, saya gk mau bikin org jd khawatir ttg keadaan saya. Tp ya efeknya saya sndr yg stress. Kadang2 yg kita butuhkan emg bkn mrka hrs bantu menyelesaikan mslh kita. Tp dukungan moral dan emosional yg kita butuhkan. Mnrt saya itu lbh dari cukup krn setdknya saya tau bhw msh ada orang2 yg peduli dan sayang sm saya. Dan sbg seseorg yg mencintai menulis, menulis adl cara membebaskan diri dari luka2 batin. Jgn lupa bahagia ya Kak 😀

    Disukai oleh 3 orang

  3. Hi, Luna. Terima kasih sudah dengan sabar menanti tulisan receh saya ini terbit. Beberapa waktu ini keadaan saya cukup tidak memungkinkan untuk bisa update tulisan di blog secara teratur. Semoga kedepan bisa mengatur waktu dan diri sendiri dengan lebih baik lagi.

    Wah, senang rasanya mengetahui bahwa ada orang lain yang juga merasakan dan mengalami hal yang hampir sama dengan saya.
    Kita sepertinya tipikal orang yang terlalu mandiri dan gengsian untuk minta tolong ya hahaha. Padahal setiap hari kerjaannya menolong orang lain. Bahaya sekali sifat seperti ini.

    Betul, saya sangat beruntung karena memiliki lingkungan persahabatan yang sangat positif dan mengerti dengan keegoisan saya ketika sedang dilanda masalah. Meskipun saya tidak cerita banyak, tpi saya bisa merasakan dukungan, dorongan dan doa yang mereka lakukan untuk saya. Beruntung memang!

    Ia, Luna. Jangan lupa bahagia juga ya!.
    Pekerjaan, aktivitas hidup mungkin menekan hidup kita sampai otot-otot wajah ini menjadi kaku dan tidak bisa senyum. Tapi, apapun yang terjadi, jangan lupa berbahagia.

    Semangat untuk kita!

    Disukai oleh 1 orang

  4. Don’t worry be happy! Kalau bahasa Inggrisnya biasanya bilang gini kan hihi~ Yeah, it’s ok to not be ok, sejatinya semua orang pernah nggak baik-baik saja. Me too. Tapi yang harus selalu kita ingat adalah agar kita tidak berlarut-larut sampai lupa berbahagia, karena siapa lagi yang akan membahagiakan kita selain kita sendiri :’) Mari bersemangat! Hwaiting!

    Disukai oleh 3 orang

  5. kadang lupa sama bahagia rasanya gimana, tetapi semakin mencari kebahagiaan samakin sulit, kadang rasa bahagia datang dari diri kita sendiri, gimana menyikapi rasa bahagia itu sendiri.

    Disukai oleh 2 orang

  6. Wahhh…Ini kereeeen!!!
    Cius, Keren!

    Setuju, tidak ada yang bertanggung jawab membuat kita bahagia selain kita sendiri. Diri sendiri !

    Terima kasih, Mbak! Hwaiting!

    Ehm, selama drama korea masih terus berproduksi, aku masih semangat kok! Weleeehhh

    Disukai oleh 1 orang

  7. Terima kasih juga, Mbak.

    Jangan terlalu larut dengan sakit hati, penderitaan sampai lupa dengan kebahagiaan sendiri wkwkwkwkwk.

    Semoga kita selalu ingat akan hal sederhana seperti ya, Mbak. Semangat!

    Disukai oleh 1 orang

  8. Wah, kalimat yang luar biasa, kak Wildan.

    Saya membenarkan pendapat ini. Ada memang orang yang sudah menyerah dengan keluar dari masalahnya dan betah berlama-lama hidup dalam belenggu masalahnya sendiri. Kebahagiaan, rasa lega sudah menjadi tidak menarik lagi!
    Memang sebaiknya orang seperti ini mencari kebahagiaannya dari dalam, harus giat dan bangkit dari ruang gelap tempat Ia tinggal saat ini.

    Bukankah begitu, Kak ?

    Semangat!

    Suka

  9. Nah, setuju nih huahahha. Selama oppadeul masih terjangkau walau dari layar hape, setidaknya ada yang mengalihkan perhatian. Sesederhana itu sih bahagiaku, nonton reality show atau streaming bias manggung hahaaay 😀

    Disukai oleh 1 orang

  10. Kompak !

    Sesederhana itu saja bahagia kita ya!, Ketika sedang tidak enak hati, moody, ambil hape terus streaming, mantengin wajah bias, hati langsung jadi lebih ringan, adem dan ayem wkwkwkwkwk

    Disukai oleh 1 orang

  11. Thanks for sharing the good vibe about being happy.

    Btw, setahuku jika di akhir kalimat sudah ada tanda seru atau tanda tanya maka tidak perlu ditambahkan tanda titik lagi.

    “Jangan lupa bahagia..!”.

    CMIIW

    Disukai oleh 2 orang

  12. HARUS TETAP BAHAGIA MAR! 💪🙂 Karena kamu berharga.. dan ternyata setiap pulang kamu selalu bawa prestasi kan.. sekarang, kamu bahagia? Kalau aku mulai bahagia setelah menertawakan hal2 negatif yang ada disekitar rumah kedua kita.. kadang kata2 halu dan menikmati orang lain semakin nyinyirin kita dan semakin ku bakar emosi mereka dengan tertawaan ku untuk menambah semangat hobi nyinyir mereka, bisa juga jadi bahan lelucuan pribadi dan bahagia.. ternyata intinya, pikirkan diri sendiri, kamu benar. Pasti akan bahagia 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  13. Terima kasih, Kak.

    Kebahagiaan itu, berasal dari dalam diri. Kita yang memutuskan dan mengijinkan diri kita sendiri untuk bahagia. Selamat berbahagia. Semangat, Kak.

    Suka

Tinggalkan komentar