Bagaimana saya harus bersikap tenang dalam menghadapi wabah Covid-19?


Mereka yang menganggap serius apa yang terjadi pada dunia saat ini, saya yakin mendorong diri untuk tidak menjadi panik karenanya. Cemas, itu reaksi yang sangat-sangat normal, wajar!, Tapi, jika sampai berada pada situasi panik, ini adalah hal penting yang harus dibicarakan dengan baik.

Ideas.Ted.Com menerbitkan tulisan yang sangat saya dan kita butuhkan saat ini. Tulisan ini ditulis oleh Guy Winch, salah satu psychologist yang sangat saya kagumi karyanya. Tulisan ini diberi judul, Dear Guy: “I’m incredibly anxious about coronavirus. What can I do?”. Tulisan ini memberi saya ide untuk berbagi sedikit pengalaman saya berhadapan dengan situasi yang sangat tidak nyaman pada saat ini.

(Saya pernah menyusun lesson learning dari buku yang diterbitkan oleh Guy Winch berjudul “How to Fix a Broken Heart”. Silakan berkunjung ke link untuk sedikit membaca mengenai salah satu karyanya)

Inti dari tulisan Guy Winch di Ideas.Ted.com adalah tentang manajemen pikiran dan isi pikir. Sesuai dengan keahlian dan memang spesialisasi dari penulis.

Guy Winch memang mengakui bahwa respon yang paling banyak ditemukan ketika menghadapi wabah ini adalah dalam rentang kecemasan hingga panik. Saya rasa kita semua menyetujui hal ini. Tapi, apakah hanya sampai di sini saja? Tidak, tentu saja. Seperti dalam terapi dan asuhan keperawatan untuk pasien dengan masalah kecemasan, managing perasaan cemas yang kita rasakan adalah dengan taking action. Yeap, ambil tindakan untuk dapat mengatasi masalah ini. Berdiam diri saja dan membiarkan perasaan cemas berlebihan menggerogoti pikiran kita bukanlah langkah yang baik untuk dipilih.

Lalu, dari mana kita mulai?. Tulisan ini memuat informasi dan ulasan yang patut untuk dipertimbangkan dalam menghadapi masalah kecemasan yang saat ini sedang menjamur di masyarakat akibat penyebaran masif coronavirus.

Mulai dari manajemen pikiran dan isi pikir

Perasaan cemas dan emosi-emosi lainnya muncul dari dalam pikiran kita. Maka, memang sebaiknya memulai terapi atau tindakan pemberian asuhan keperawatan adalah dari pikiran. Dalam tulisannya, Guy Winch menganjurkan hal yang sama, mulai dari pikiran. Beberapa hal yang perlu kita fokuskan adalah menyadari apa yang salah atau apa yang menjadi masalah/apa yang salah dan selanjutnya memperbaikinya dari sana.

Beberapa kesalahan dalam berpikir dapat membuat kecemasan semakin meningkat, dan ini sungguh tidak kita harapkan. Berikut adalah hal-hal yang patut untuk dipertimbangkan dalam menghadapi masa-masa penuh cobaan ini.

Ketika kita merasa terjebak dengan ketidaktahuan, fokuskan saja perhatian pada apa yang kita diketahui. Banyak berita yang bertaburan di dunia maya, semuanya memiliki satu topik yang sama, COVID-19. Berita dan informasi yang disajikan kadang hanya pengulangan dari sumber-sumber berita lainnya, dengan hanya menggunakan bahasa yang berbeda. Tapi, berita yang paling dan sangat kita tunggu, tidak kunjung datang. Berita tersebut adalah berita mengenai obat atau vaksin yang dapat membantu kita berhadapan dengan badai virus ini. Kenyataan ini dapat membuat frustasi, membuat semakin sakit kepala, semakin stress. Untuk itu, ada baiknya untuk berfokus pada apa yang saat ini sudah diketahui. Fakta!. Salah satu fakta yang tidak dapat disangkal, yang dapat kita pegang, adalah usaha dan kerja keras semua orang untuk menemukan jalan keluar terbaik untuk masalah badai virus ini.

Alihkan fokus pada keadaan saat ini, hentikan pikiran seperti “Apakah dunia ini akan berakhir?, Apa yang akan terjadi setelah ini?”, lebih baik dan akan sangat baik lagi kalau pikiran yang berharga milik kita, kita investasikan untuk memikirkan hal lain yang penting seperti, sanak saudara yang mungkin merasa kesepian karena harus tinggal di rumah, atau makanan apa yang harus kita makan saat ini. Kembalikan pikiran yang melayang-layang jauh pada keadaan saat ini. Coba untuk melihat di sekeling, apa yang ada di sana, lihat lebih detail peristiwa apa yang terjadi, bahkan debu yang melayang-layang di udara memiliki kisahnya sendiri yang menarik untuk diperhatikan.

Fokus pada apa yang bisa kita kontrol saat ini, dan pada apa yang bisa kita kerjakan saat ini. Kembali, investasikan waktu, pikiran dan tenaga untuk sesuatu yang lebih bernilai dan ke depan dapat memberi dampak yang baik untuk kita. Fokuskan energi-energi ini pada segala sesuatu yang dapat kita control dan kerjakan pada saat ini. Jika membersihkan rumah adalah hal yang bisa kita lakukan saat ini, maka lakukanlah hal tersebut. Jika membaca adalah aktivitas yang saat ini harus kita lakukan, lakukan saja. Mungkin ada banyak tumpukan buku yang belum sempat kita selesaikan, dan inilah saatnya.

Kita tidak dapat mengontrol ke mana virus akan menyerang dan bersarang, tapi kita dapat melakukan aksi untuk mencegah efek merusak dari virus ini. Praktikkan social distancing atau pada tingkat selanjutnya, isolasi diri sementara. Perhatikan kebersihan diri, dan jangan lupa cuci tangan. Masih banyak aktivitas harian yang dapat kita laksanakan, dan mungkin inilah saatnya. Jangan menunda.

Untuk tetap fokus pada saat ini, pada masa saat ini. Sebaiknya juga tidak mengonsumsi berita terlalu berlebihan. Pada saat ini, media-media berita sedang gila-gilanya memberitakan tentang virus dan penyebaran virus ini. Berita mengenai berapa orang yang tidak berhasil diselamatkan bahkan lebih gencar terdengar jika dibandingkan dengan berita tentang usaha dan kerja para petugas kesehatan, para pembuat kebijakan dan orang-orang yang bekerja di balik layar yang mengupayakan agar penyebaran virus ini tidak sampai menjatuhkan korban.

Ketika kebosanan semakin meningkat, hindari day dreaming atau melamun/mengkhayal terlalu sering. Fokus kepada kenyataan dan keadaan yang ada pada saat ini, pada saat sekarang. Jika memang diperlukan, telusuri maksud dari pikiran kita yang suka mengkhayal. Biasanya otak sedang berusaha menyampaikan pesan tertentu ketika seseorang sedang mengkhayal. Telusuri maksud dibalik aktivitas mengkhayal ini, bisa saja ini adalah tanda bahwa saat ini kita sedang kesepian dan membutuhkan teman ngobrol. Siapa tahu pada saat ini juga kita sedang sangat bosan, tapi juga sangat ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pelajari dan cari tahu mengapa pada situasi tertentu, kita malah kebanyakan mengkhayal.

Menulis, menuangkan beban pikiran dalam tulisan.

Sudah lama sejak saya menyadari bahwa ada banyak hal yang terjadi dalam otak saya, yang sangat sulit saya kendalikan. Akibat kecemasan yang terus menerus hadir, saya pun memutuskan untuk menulis dan aktivitas ini terus berlanjut sampai saat ini. Menulis adalah sebuah terapi yang konstan saya jalani setiap kesempatan.

Pada masa-masa yang penuh dengan kesesakan seperti pada saat ini. Pikiran saya tentu saja bekerja lebih dari biasanya, kecemasan saya meningkat dan itu sangat saya sadari. Menulis adalah cara saya untuk keluar dari lingkaran yang melelahkan ini.

Beberapa waktu ini, saya membuka akun wordpress baru dan secara konsisten menulis dan menerbitkan tulisan-tulisan receh yang keluar begitu saja dari kepala saya. Tujuan saya sederhana, saya hanya ingin meringankan beban emosional yang saya rasakan, saya ingin memindahkan beban ini pada tulisan-tulisan receh yang saya terbitkan. Tidak masalah bagi saya apakah ada yang mengomentarinya atau tidak.

Akun wordpress baru ini saya beri nama, Words and Though of Mine dengan deskripsi,

“This was the first time a catastrophic thought of mine had entered the physical world…” (Vice).

Persis seperti yang saya inginkan, tulisan-tulisan yang saya terbitkan pada wordpress ini berisi sampah. Ya, sampah-sampah pikiran yang merupakan hasil dari a catastrophic though of mine yang lahir ke physical world. Sejauh ini, cara ini sungguh sangat berhasil untuk meringinkan pikiran dan perasaan saya. Saya menjadi lebih tenang dan mudah untuk mencapai status ‘fokus dan konsentrasi’.

Teman-teman bisa mencoba cara yang sama untuk dapat meringankan beban pikiran. Siapa tahu bisa membantu.

Tidak melakukan apa-apa

Sesekali, belajarlah untuk santai dan tidak melakukan apa-apa. Bagi mereka yang gila bekerja, yang hidupnya tidak bermakna ketika mereka tidak bekerja. Saya rasa pada masa ini, adalah masa yang tepat untuk belajar tidak melakukan apa-apa. Diam dan bersantai.

Mengapa?

Ternyata, mengurangi aktivitas dan jam bekerja, dan memilih untuk tidak melakukan apa-apa sejenak akan sangat membantu membangun kreatifitas dan produktivitas bekerja. Saya pun sebenarnya masih meragukan hal ini, tapi pada masa sekarang, pada saat ini, ini adalah kesempatan yang baik untuk mencoba hipotesis ini di kehidupan nyata. Anggap saja ini adalah bagian dan proses dari menikmati hidup, bersenang-senang dengan apa yang disediakan oleh kehidupan atau dalam istilah lain, merayakan kehidupan.

Tapi, bagi mereka yang memang sedang tidak bisa ‘bersantai’ pada saat ini. Nikmati pekerjaan yang dilakukan dan bergembira dengan apapun yang dilakukan. Ciptakan keadaan yang membuat otak menjadi santai dan menganggapnya seperti sedang berlibur atau meliburkan diri. Sekali lagi, kuncinya adalah, nikmati dan syukuri dengan penuh sukacita.

Cahaya itu bernama harapan

Pada masa saat ini, ketika penderitaan dan bencana kian mencekik, banyak dari kita yang mungkin merasa seolah Tuhan tidak ada. Tuhan seperti tidak ada di dunia ini dan bahkan mungkin sudah ikut kabur akibat masalah virus ini. Tapi, apapun yang kita rasakan terkait jalinan spiritualitas kita dengan Sang Pencipta, jangan menyerah pada titik ini. Tetap pegang harapan baik itu, dan berjalanlah terus sampai menemukan cahaya.

Perjalanan ini memang sulit, sangat sulit mungkin, tapi tidak ada perjalanan yang dijalani dengan hanya kesia-siasaan saja. Selalu ada pesan, selalu ada pelajaran dibalik semua yang terjadi. Tuhan mungkin tidak sedang bersembunyi, Ia mungkin hanya sedang tertutup oleh kesombongan dan keangkuhan hati kita saat ini. So, bersihkanlah dulu kabut dalam hati kita dan lihat terus ke depan, Ia pasti ada di sana, menunggu kita menemukannya. Segera, temukan Dia.

Saya yakin bahwa Ia (Tuhan) menyimpan apa yang paling kita butuhkan saat ini.

Demikian sedikit sharing pengalaman dari saya. Semoga tulisan ini bermanfaat. Semoga kita selalu sehat dalam lindungan Tuhan, dan Semoga hati kita selalu optimis dan riang gembira dalam menghadapi situasi yang mencekam saat ini. Salam dari saya.

12 pemikiran pada “Bagaimana saya harus bersikap tenang dalam menghadapi wabah Covid-19?

  1. Social distancing bagi seorg introvert sprti saya it’s no big deal. Krn tanpa himbauan ini pun saya sdh biasa dan terlatih melakukannya haha 😅 eits, tp bkn berarti saya benci aktivitas kumpul2 atau bersosialisasi dgn orang lain lho. Kadang saya jg suka main atau nongki2 cantik kok sama tmn2 (kl lg ada duit dan gk males keluar wkwk 😅). Anyway, setuju dgn artikel ini. Terutama sub bab terakhir. Bkn Tuhan yg pergi meninggalkan kita, tp kita lah yg menjauh dari-Nya. Tuhan itu dkt dgn kita, bahkan lebih dkt dari urat nadi kita sndr. Saya yakin keadaan ini akan segera membaik. Justru ketika kita menghadapinya dgn panik, itu malah membuat kita stress. Stress seringkali berimbas ke kesehatan fisik. Bknkah ini malah menyusahkan kita sndr? Trmksh sudah berbagi. Stay safe, stay healthy and stay positive 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  2. Terima kasih sudah menuliskan ini, Mbak Ayu. 🥰 Aku paling suka poin “Fokus pada apa yang bisa kita kontrol dan bisa kita kerjakan saat ini”. Itu sudah menjawab segala keresahan dan kebimbangan kita yang umumnya selalu tentang masa depan.

    Ajakan menulis untuk menuangkan beban pikiran juga akan menjadi tips yang bagus! Asalkan nggak membuat hoaks yang menambah kerrsahan ya. 😂 Yah, pokoknya, semangat selalu untuk Mbak Ayu!

    Disukai oleh 1 orang

  3. Terima kasih sudah mampir dan berbagi cerita, Mbak Luna.

    Wah, sama dengan saya kalau begitu. Himbauan untuk diam di rumah, social distancing itu bagi saya sudah sangat biasa haaa. Kasihan bagi mereka yang tidak terbiasa dan harus belajar menyesuaikan diri dalam keadaan baru seperti ini. But, memang tidak ada pilihan kan ya.

    Ia, Mbak Luna. Saya termasuk banyak mendengar keluhan tentang ‘tidak adanya Tuhan’ dalam menghadapi situasi krisis pada saat ini. Semoga hati kita terbuka untuk melihat bahwa Tuhan sebenarnya hadir dan bekerja bersama kita melewati masa-masa sulit ini. Semoga pula dengan adanya krisis ini, kita dapat lebih mendekatkan diri padaNya, ya.

    Ia, betul. Panik dalam keadaan saat ini sangat tidak membantu.

    Semoga kita selalu sehat, aman dan selamat. Amin.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar, Kak.

    Saya setuju, jangan menambah hoax yang sudah banyak beterbangan ke sana kemari. Saran saya, cari informasi langsung dari sumber yang terpercaya. Saat ini sudah ada kanal-kanal berita yang tervalidasi yang bisa kita ikuti. Misalkan untuk memantau perkembangan penyebaran kasus Covid-19 ini, kita bisa berkunjung ke https://www.covid19.go.id/.

    Salam semangat untuk kita semua! Untuk Kakak juga ya.

    Suka

  5. Ia, Kak. Kita memiliki cara masing-masing untuk melepaskan penat dan beban di pundak. Salah satunya adalah dengan menulis. Ia, beruntung bagi mereka yang sudah menemukan caranya, menulis salah satunya.

    Ia Kak, Blog baru (lainnya) haaa
    Itu blog baru isinya hanya sampah, Kak. Sampah pikiran dan banyak tidak pentingnya haaa
    Masih setia menulis di blog yang ini.

    Suka

  6. Tulisannya indah sekali.

    Kepanikan memang berbahaya sekali dalam situasi seperti ini. Tapi, “rasa takut” dalam kadar tertentu juga sepertinya berguna, setidaknya kita jadi lebih waspada dalam melangkah. Saya baru saja rampung baca tulisan di Remotivi soal betapa sekarang kita justru memerlukan (sedikit) paranoia. Menarik juga untuk dibaca.

    Disukai oleh 1 orang

  7. Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar, Kak.
    Wah, sebuah ide yang menarik, kak. Rasa takut yang cukup, sangat diperlukan pada saat ini, terutama agar dapat mengakomodir perilaku kita, patuh pada instruksi yang sudah diberikan oleh petugas kesehatan dan semoga kita selalu sehat dan kuat menghadapi wabah ini.

    Suka

Tinggalkan komentar